PALI//Linksumsel-Polemik unggahan penyanyi Ghea Indrawari soal kesulitannya mencari makanan larut malam setelah tampil di Festival Candi Bumi Ayu 21 November 2025 terus memicu reaksi berantai. Seorang tokoh masyarakat Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI) menilai unggahan tersebut “terkesan menyepelekan daerah dan masyarakat Serepat Serasan.”
Dalam unggahan Instagram Story-nya, Ghea meminta rekomendasi tempat makan yang masih buka, namun banyak yang sudah tutup. Ia bahkan menulis bahwa dirinya belum makan hingga larut malam, dan sempat menyindir bahwa di PALI sulit mencari makanan.
Unggahan itu kemudian memunculkan kritik pedas dari warga PALI Aldi Taher.
“Ia dibayar dengan uang rakyat PALI untuk menghibur, bukan malah membuat kegaduhan dengan unggahan seperti itu,” ujarnya.
Menurutnya, sikap Ghea memberi kesan buruk terhadap daerah hanya karena masalah sepele.
“Perkara rumah makan sudah tutup saja, sikapnya seperti itu. Terkesan menjelekkan Kabupaten PALI,” tegasnya.
Aldi juga menekankan bahwa kondisi seperti itu sebenarnya normal, bukan sesuatu yang layak dipermasalahkan.
“Kalau sudah lewat jam 12 malam, jangankan PALI, kota metropolitan saja susah cari makan karena banyak yang tutup,” ujarnya.
Ia menilai Ghea seharusnya memahami bahwa jam operasional bukanlah terkesan refleksi kualitas daerah.
“Yang salah bukan PALI, tapi jamnya lewat tengah malam. Artis lain saja bisa memahami itu,” tambahnya.
Lebih lanjut, Aldi juga menyebut bahwa Kabupaten PALI sudah sering mendatangkan artis papan atas tanpa pernah ada masalah seperti ini.
“Artis Rara sudah sering manggung di PALI, tidak pernah ada kejadian seperti ini,” cetusnya.
Ia menegaskan bahwa banyak artis lain yang tampil tanpa menciptakan kesan meremehkan daerah.
Buntut dari polemik ini, ia mendesak Pemkab PALI untuk mengambil langkah tegas.
“Pemkab PALI perlu melakukan langkah langkah agar Ghea meminta maaf kepada masyarakat PALI, serta mengevaluasi kontrak yang telah disepakati. Jika perlu jangan dibayar sebagai konsekuensi atas sikapnya,” katanya.
Dengan nada satir, ia bahkan menyatakan “Boikot saja publik figur yang suka pansos dan terkesan angkuh.” katanya.
Kini masyarakat, berharap kejadian tersebut menjadi pelajaran bagi figur publik agar lebih bijak, terutama saat hadir sebagai tamu resmi daerah.
“Daerah PALI ini perlu refleksi dan promosi positif. Jangan gara-gara nasi goreng telat datang, daerah kami yang disudutkan,” tutupnya. (J/red)
Link Sumsel Sumber Informasi Independen