Sumsel//Linksumsel-Banjir besar Muara Enim – Lahat dampak kerusakan ekosistem oleh banyaknya IUP dan TR batubara yang merusak 80% ekosistem hutan hujan tropis Sumsel menurut Komunitas Masyarakat Anti Korupsi Indonesia.
“Alih pungsi hutan dan APL seakan membalik telapak tangan seperti ekosistem bukit tunjuk, lematang dan dataran tinggi Besemah”, papar Deputy K MAKi Feri Pagaralam Kamis 23/05/23.
“Investor pulau Jawa dan Oknum APH serta oknum dinas terkait mengajak masyarakat berlomba membuat lubang tambang dengan menggusur hutan lebih dari 500.000 hektare yang seharusnya menjadi resapan air Sumsel”, ulas Dwputy K MAKI itu.
“Hampir Rp. 1000 trilyun mengalir ke kantong – kantong investor dan oknum APH setiap tahun sementara alam merana karena berlubang seperti kena bom atom Hiroshima Nagasawa”, kata Feri Pagaralam.
“Tanpa perduli kerusakan lingkungan para investor Aseng dan oknum Politikus serta oknum Aparat berlomba mengeruk perut bumi Muara Enim, Lahat, Mura dan Musi Banyuasin dengan izin mudah didapatkan seperti membeli kacang goreng”, ujar Deputy K MAKI itu.
“Dengan kekuatan politik, hukum dan aturan yang longgar tanah Melayu Sumatera Selatan di jadikan lautan di tengah daratan”, tutur Feri lebih lanjut.
“Belum lagi ilegal Drilling, kebun sawit jutaan hektar dan tambang pasir ilegal melengkapi kerusakan lingkungan Sumatera Selatan”, ungkap Feri Pagaralam.
“Belum lagi dana APBN puluhan trilyun per tahun untuk perbaiki infrastruktur yg rusak akibat pertambangan”, tegas Deputy K MAKI itu.
“Mungkin dalam 5 tahun ke depan banjir besar akan melanda Sumsel dengan korban ratusan ribu jiwa akan terjadi”, pungkas Feri Kurniawan.