Ketika Persebata Berjuang Sendiri, Ke Mana Pemimpin NTT ???

NTT//Linksumsel-Tatkala lagu kebangsaan Indonesia Raya berkumandang di Soeratin Cup U-15 di Yogyakarta, seharusnya seluruh rakyat Nusa Tenggara Timur (NTT) bersatu menyemangati tim kebanggaan mereka, Persebata Lembata. Namun, alih-alih dukungan penuh, yang terdengar hanyalah gaung kesepian dan kisah perjuangan tanpa bantuan berarti.

Di manakah Asprov PSSI NTT dan Pemprov NTT saat Persebata berjuang membawa nama daerah ini?

Mari kita mulai dengan sebuah pertanyaan yang amat mendasar: Ke mana anggaran yang diberikan PSSI untuk Asprov NTT? Menurut laporan resmi PSSI, setiap Asprov menerima suntikan dana Rp500 juta pada 2024. Dana yang, konon katanya, dirancang untuk mengembangkan sepak bola daerah.

Namun, kenyataan di lapangan sungguh jauh berbeda. Persebata, tim yang mewakili NTT di Soeratin Cup, bahkan tidak mendapatkan selembar rupiah pun dari Asprov PSSI NTT. Seremonial pelepasan? Jangankan itu, ucapan selamat jalan pun tidak terdengar. Jika sepak bola adalah kebanggaan daerah, maka Asprov PSSI NTT berhasil mempermalukan kita semua.

Bantuan dari Para Dermawan, Bukan Pemerintah

Dana yang memungkinkan Persebata terbang ke Yogyakarta ternyata berasal dari dermawan seperti Kaya Tene Group, pemilik SPBU Lamahora, dan beberapa donatur yang peduli. Ironisnya, mereka yang memiliki kapasitas fiskal dan tanggung jawab institusional justru memilih bungkam. Apakah anggaran Rp500 juta yang diterima Asprov PSSI NTT sudah habis untuk sekadar “rapat koordinasi” dan “kegiatan seremonial internal”? Jika tidak, kemana uang itu? Apakah kita perlu menunggu laporan audit independen untuk mendapatkan jawabannya?

Belum selesai di situ. Pemprov NTT, yang seharusnya menjadi payung utama olahraga di provinsi ini, juga memilih absen. Tidak ada upaya mendukung Persebata, baik secara finansial maupun moral. Apa gunanya memiliki pemerintah jika sekadar memberikan selamat jalan pun mereka enggan?

Baca juga:  Diduga Mencemarkan Nama Baik Kades, Pengacara Usman Firiansyah, Siap Buat Laporan Balik

Ke Mana Arah Sepak Bola NTT?

Hasil pertandingan menunjukkan potensi besar yang dimiliki anak-anak Persebata. Meski kalah dari Riau (2-1) dan DKI Jakarta (6-1), mereka menunjukkan kegigihan dengan menahan imbang Sulawesi Barat (2-2). Bayangkan apa yang bisa mereka capai jika mendapat dukungan memadai.

Potensi besar ini terus terkubur di bawah ketidakpedulian dan ketidakmampuan Asprov PSSI NTT serta Pemprov NTT untuk memprioritaskan sepak bola sebagai alat pemersatu dan pengangkat citra daerah.
Sebagai perbandingan, provinsi lain yang timnya berlaga di Soeratin Cup menerima dukungan penuh dari Asprov dan pemerintahnya. Seragam tim, akomodasi, hingga konsumsi ditanggung sepenuhnya.

Namun, Persebata harus berjuang mencari dana sendiri. Apa artinya ini bagi para atlet muda kita? Apakah mereka hanya pion dalam permainan politik sepak bola yang tidak pernah memikirkan pengembangan mereka secara nyata?

Sebuah pesan, “Silakan Mundur Saja”
Jika Asprov PSSI NTT dan Pemprov NTT merasa beban mengurus sepak bola terlalu berat, mungkin lebih baik mereka mundur saja. Atau, apakah mereka hanya sibuk menghitung hari menuju perpanjangan jabatan? Satir ini tidak dimaksudkan sebagai penghinaan, melainkan refleksi tajam agar mereka bercermin. Apakah jabatan mereka hanya sekadar status tanpa komitmen?

Anggaran Rp500 juta per tahun dari PSSI seharusnya cukup untuk mendukung tim-tim seperti Persebata. Namun, fakta di lapangan menunjukkan nihilnya dukungan.

Apakah uang ini telah menguap dalam rapat-rapat “strategis” yang tidak menghasilkan apa-apa selain foto-foto untuk media sosial? Jika benar demikian, bukankah seharusnya kita meminta lembaga seperti BPK atau KPK untuk memeriksa laporan keuangan Asprov PSSI NTT?

Transparansi dan Akuntabilitas
Untuk keluar dari krisis kepercayaan ini, langkah pertama yang harus diambil adalah transparansi total. Publikasikan laporan keuangan Asprov PSSI NTT.

Baca juga:  Jelang Pemilu 2024 Kapolres Pali Laksanakan Giat Konsolidasi dan Koordinasi

Jelaskan bagaimana anggaran Rp500 juta digunakan, siapa saja yang bertanggung jawab, dan mengapa Persebata tidak menerima dukungan. Pemprov NTT juga perlu menjelaskan posisi mereka dalam mendukung sepak bola daerah. Jika mereka benar-benar peduli, maka tindakan nyata harus segera diambil.

Langkah kedua adalah membangun mekanisme akuntabilitas. Setiap tahun, dana PSSI untuk Asprov harus diaudit oleh pihak independen. Hasil audit ini harus diumumkan kepada publik. Ini bukan hanya tentang sepak bola, tetapi juga tentang kepercayaan masyarakat terhadap institusi.

Seruan untuk Bangkit

Meskipun situasi ini memprihatinkan, semangat para pemain muda Persebata tetap patut diacungi jempol. Mereka adalah bukti nyata bahwa NTT memiliki bakat besar yang hanya membutuhkan dukungan untuk bersinar. Sayangnya, mereka dikhianati oleh sistem yang seharusnya mendukung mereka.

Kepada Asprov PSSI NTT dan Pemprov NTT, apakah kalian tidak malu? Anak-anak ini berjuang untuk mengharumkan nama daerah kalian, tetapi kalian memilih untuk menutup mata. Jangan biarkan sejarah mencatat kalian sebagai generasi pemimpin yang membunuh mimpi anak-anak muda NTT.

Kepada masyarakat NTT, mari kita bersatu untuk mendesak perubahan. Sepak bola adalah milik kita semua, bukan milik segelintir orang yang hanya mencari keuntungan pribadi. Jika kita diam, kita adalah bagian dari masalah. Jika kita bersuara, kita adalah bagian dari solusi.

Sebuah Renungan

Pada akhirnya, sepak bola bukan hanya tentang menang dan kalah. Ini tentang mimpi, perjuangan, dan kebanggaan.

Anak-anak Persebata telah menunjukkan bahwa mereka memiliki semangat juang yang tinggi. Kini, saatnya kita, sebagai masyarakat NTT, menunjukkan bahwa kita tidak akan tinggal diam. Karena jika kita membiarkan ketidakadilan ini terus terjadi, maka kita telah gagal bukan hanya sebagai pendukung sepak bola, tetapi juga sebagai manusia yang peduli terhadap masa depan generasi muda kita.

Baca juga:  Meriahkan Peringatan HKN ke-59 Dinkes Lebak Gelar Berbagai Lomba dan Baksos

Jadi, kepada Asprov PSSI NTT dan Pemprov NTT, sekali lagi kami bertanya: Di mana hati nurani kalian? (Rilis.j)

Penulis : Ilhamsyah Muhammad Nurdin
Masyarakat Padepokan Ujung Pasir NTT

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *